Cyberinvestigasi.com, JAKARTA – Meskipun rangkaian pemeriksaan sengketa Perselisihan Hasil Pilpres 2024 telah selesai dan Mahkamah Konstitusi (MK) selanjutnya akan membacakan putusan pada 22 April 2024 mendatang, namun tak membawa kondisi pasar properti lebih baik.
Bahkan, pembeli properti cenderung masih wait & see untuk melakukan transaksi.
Lalu, apa yang menjadi penyebab perilaku konsumen masih berpikir beli properti?
Pengamat Bisnis Properti Sam Anwar menjelaskan, momen hajatan akbar tahun Politik Pemilu 2024 menjadi salah satu berdampak pada pertumbuhan industri ini secara nasional.
Menurutnya, berangkat dari historis tahun politik selalu memicu ketidakpastian ekonomi yang membuat para investor properti cenderung wait and see.
“Masa transisi pemerintah pusat pastinya akan berpengaruh pada kebijakan yang berbeda pada masa periode sebelumnya. Tentu hal ini yang menjadi alasan,” ungkap Sam Anwar, Senin (8/4/2024).
Ia menambahkan, sektor properti merupakan salah satu engine terbesar dari pertumbuhan ekonomi.
“Pengembangan infrastruktur di luar Pulau Jawa mendorong pertumbuhan properti yang lebih baik di luar Pulau Jawa,” tambah Sam Anwar.
Ditambahkan, berkaca dari penyelenggaraan pemilu-pemilu sebelumnya seperti di tahun 2014 dan 2019 dari data memang ada penurunan penjualan.
“Disinilah investor terlihat menunggu. Toh, pada saat itu pasca pilpres infrastruktur sudah membaik kondisi ekonomi yang stabil dan tanpa gejolak,” ujarnya.
Sam Anwar mengakui, prediksi mirip itu bakal terjadi tahun ini, dan tren penurunan tidak berlangsung lama pastinya.
“Yakni hanya sampai pelantikan presiden terpilih nantinya,” ujarnya.
Selain itu, terus menurunnya reputasi pengembang juga menjadi penyebab pembeli properti wait & see.
“Fenomena ini terjadi karena maraknya proyek gagal bangun, beragam kasus pengembang nakal, hingga tingginya bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR),” pungkas Sam Anwar.
*Puskominfo Indonesia*
Mpap.s
Cyber_Red